SUMMIT ATTACK SMI X IIP - Challenge 3 : Strategi Komunikasi Produktif bersama Anak

Setelah mengalami sendiri menjadi Ibu, banyak hal dan pengalaman baru yang kudapat dan kupelajari. Terutama menyangkut pola asuh dan mendampingi tumbuh kembang Fathi, putra semata wayangku. Tidak terkecuali mengenai caraku dan Fathi berkomunikasi selama ini.

Jika ditanya, sudah efektifkah cara kami berkomunikasi? Menurutku, sudah cukup efektif walau kadang aku sama Fathi sering berantem atau beda pendapat. Hehehe maklum Ibu dan anak ini memang sama-sama keras kepala dan keras pendiriannya. Tapi aku meyakini, baik aku atau Fathi sama-sama terus belajar untuk saling memahami satu sama lain. Beberapa poin strategi komunikasi produktif bersama anak yang bisa ku-break down antara lain:

1. Jujur

Karena karakter pribadiku memang suka bicara gamblang apa adanya, hal itu juga aku terapkan ketika berkomunikasi sama Fathi. Aku nggak suka yang namanya white lies atau bohong putih atau berbohong untuk kebaikan. Yah walau hal ini memang pernah kulakukan karena terpaksa, tapi kalau bisa diutarakan dengan jujur.. aku lebih memilih bicara hal sebenarnya.

Prinsipku kalau hitam, ya bilang hitam.. kalau putih, ya bilang putih.. jangan bilang abu-abu. Begitu pula jika melakukan kesalahan.. Jika melakukan kesalahan, harus mengakui perbuatannya dan meminta maaf dengan ikhlas. Hal kecil inilah yang kuharap bisa membuat Fathi tumbuh menjadi orang yang jujur kelak.

2. Beri Penjelasan yang Mudah Ia Mengerti

Nah, apalagi usia Fathi mulai masuk ke fase kritis, yang nanya ini itu. Sebagai Ibu, aku harus pintar-pintar merangkai kata untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan Fathi dengan penjelasan berdasar fakta tapi dengan diksi yang mudah ia cerna. Dan itu sulit, pemirsaaa.. 1 pertanyaan yang dijawab, akan ditanggapi dengan pertanyaan-pertanyaan lainnya yang kadang ajaib dan bikin geleng-geleng kepala. 

Namanya anak-anak, mereka pasti senang bereksplorasi mencoba hal-hal baru, yang padahal bisa berbahaya. Ya kita jelaskan sebab-akibat yang terjadi. Misalkan Fathi naik-naik ke atas meja, Fathi mungkin akan terjatuh jika tidak hati-hati atau didampingi. Nanti kalau jatuh, bisa sakit, benjol, atau terluka dsb..

Contoh lain, ketika Fathi bertanya soal kenapa Ayahnya nggak tidur di rumah yang sama.. Aku nggak mengarang cerita ini itu, tapi aku coba ceritakan kalau sekarang Ayahnya tinggal sama Popo (sebutan untuk Nenek dari pihak Ayahnya Fathi). Jadi Ayah tidurnya di rumah Popo. Kalau Ayah libur kerja, baru main ke rumah Fathi. Seperti itu.. dan alhamdulillah Fathi mengerti, dan jawaban yang sama persis itulah yang ia katakan ketika ditanya mengenai Ayahnya.

3. Fokus dan Perhatikan Kontak Mata ketika Berbicara

Saat berbicara dengan anak atau anak memanggil, usahakan tanggapi dengan kondisi fokus. Tidak disambi, apalagi sambil bermain handphone 😅 Beri waktu sejenak untuk mendengarkan dan berbicara dengan anak. Tatap juga matanya, penanda kita ada utuh untuknya saat itu. Dengan begini, anak merasa diberi perhatian penuh dan merasa dihargai.. meskipun hal yang dia sampaikan merupakan hal sepele. Kita sendiri juga ingin dihargai ketika berbicara dengan orang lain kan? Oh ya, saya juga suka berbicara sambil berlutut di depan Fathi, sambil berpegangan tangan atau saya memegang pundaknya. Sentuhan kecil itu juga berarti penting lho..

4. Pilih Waktu yang Tepat untuk Bicara Hal Penting dengan anak

Untuk bicara hati ke hati, waktu menjelang tidur itu yang paling sering aku gunakan..istilahnya pillow talk. Biasanya aku bercerita kejadian hari ini, misalnya "Hari ini Ibu banyak kerjaan dari kantor. Terima kasih ya Fathi nggak bikin Ibu repot, jadi Ibu bisa cepat selesai kerjanya.." dan berlanjut menanyakan kegiatan anak hari itu. Selain itu, aku juga suka menyelipkan wejangan hehe.. misalnya, harapan aku kelak Fathi bisa pintar di sekolah, makin pintar makannya, dsb..

5. Sebisa Mungkin Atur Emosi

Seringkali aku kelepasan kontrol dan emosi jika Fathi berbuat nakal, misalnya merusak mainan atau mengotori lantai.. Walau kadang masih suka kelepasan membentak, tapi sebisa mungkin aku menenangkan diri dulu sebelum merespon. Tarik napas panjang dulu, atur napas dulu beberapa saat, baru bereaksi. Ketika emosi sedang meledak-ledak, hindari dulu kontak dengan anak, menghilang dulu sesaat hehe.. entah itu ke kamar mandi atau kabur ke dapur.


Ya.. kurang lebih itulah beberapa strategi komunikasi produktif yang aku lakukan selama ini bersama Fathi. Semoga kedepannya, aku bisa menjadi Ibu yang lebih baik untuk Fathi. Aamiin



Komentar